Pernahkah saudara mendengar sebuah hadist
bagaimana cara melantunkan sebuah doa versi tiga orang yang terkurung dalam
sebuah gua, saya ingin ceritakan kembali versi singkatnya.
Rasulullah pernah mengabarkan mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam
gua, mereka semua berada dalam keputusasaan hingga salah seorang dari mereka
berkata, "Sungguh tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dalam bahaya
ini, kecuali bila kalian berdoa kepada Allah swt dengan menyebut amal-amal
saleh yang pernah kalian perbuat. Kemudian salah seorang berdoa dengan
menyebutkan amalan utamanya berupa memuliakan orang tuanya dibanding keperluan
anak-anaknya sendiri, kemudian setelah dia uraikan amalannya dia berkata,
"Ya Allah, jika aku berbuat itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka
geserkanlah batu yang menutupi gua ini", maka bergeserlah sedikit batu
itu, tetapi mereka belum bisa juga keluar. Kemudian orang kedua pun melanjutkan
doanya yang berkaitan dengan amalan utamanya berupa menghindari diri dari
perbuatan zina karena takut kepada Allah, dan dia berdoa, "Ya Allah jika
aku berbuat itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang
menutupi gua ini", maka bergeserlah sedikit batu itu. Tapi mereka belum
juga bisa keluar, maka orang ketiga pun melanjutkan doanya mengenai amalan
utamanya berupa menjaga amanat harta orang lain yang dikelolanya, dan dia
berdoa, "Ya Allah jika aku berbuat itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka
geserkanlah batu yang menutupi gua ini", maka bergeserlah sedikit batu
itu, dan mereka pun bisa keluar dari gua itu. (HR Bukhari dan Muslim).
Dan pernahkah juga saudara mendengar ataupun membaca bagaimana Rasulullah
melantunkan doa di kala sangat kritis sewaktu berkecamuknya perang Badar? Saya
akan coba menguraikan kembali kisahnya secara singkat.
Kala itu setelah meluruskan barisan pasukan kaum muslimin, Rasulullah kembali
ke tendanya dengan ditemani oleh Abu Bakar, dan tidak ada seorang pun kecuali
keduanya. Lalu Rasulullah bermunajat kepada Rabb-Nya, dengan seluruh jiwanya ia
menghadapkan diri kepada Tuhan-Nya, begitu dalam ia hanyut dalam doa.
Dalam permohonannya ia berkata, "Allahumma Ya Allah, ini bangsa quraisy
sekarang datang dengan segala kecongkakannya, berusaha untuk mendustakan
rasul-Mu. Ya Allah, berilah pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan kepadaku.
Ya Allah, jika Engkau membinasakan kaum kami pada hari ini, tiada lagi yang
akan menyembah-Mu."
Sementara ia hanyut dalam doa sambil merentangkan tangan menghadap kiblat,
mantelnya terjatuh. Ketika itu Abu Bakar menyaksikannya lalu meletakkan mantel
itu kembali ke bahu Rasulullah, sambil ia berkata, "Wahai Nabi Allah,
dengan doamu itu, sesungguhnya Allah pasti memenuhi janji-Nya kepadamu."
Tetapi sungguh pun begitu, Muhammad semakin dalam terbawa dalam aliran doa,
dengan penuh ke-tawadhu-an dan kesungguhan hati ia terus memanjatkan doa,
memohonkan pertolongan Tuhan-Nya dalam menghadapi peristiwa yang genting, yang
oleh kaum muslimin sama sekali tidak diharapkan, dan untuk pertempuran itu pula
mereka tidak memiliki persiapan.
Hingga karena letihnya dalam berdoa membuat Rasul tertidur, beberapa saat
kemudian beliau terbangun dengan rasa gembira, dan bersabda,
"Bergembiralah hai Abu Bakar, sungguh pertolongan Allah telah datang
kepadamu. Inilah jibril sedang memegang kendali kuda. Ia menuntun kuda
tersebut, dan gigi di depannya terdapat kematian."
Kemudian ia keluar menemui sahabat-sahabatnya, dikerahkannya semangat sambil
berkata:
"Demi Dia yang memegang jiwa Muhammad,
setiap orang yang sekarang bertempur dengan tabah, bertahan mati-matian, terus
maju dan pantang mundur, lalu ia tewas, maka Allah akan menempatkannya di
surga."
Beberapa waktu lalu saya bertemu rekan lama, dia seorang pengusaha, kulihat
sekarang kondisinya lumayan lah, mungkin bisnis yang dikelolanya cukup
berhasil.
"Alhamdulillah", gumamku.
Saya ingat beberapa tahun silam dia pernah mengalami suatu ujian yang berat
atas perusahaan yang dikelolanya, saat itu sering beliau mencurahkan isi hatinya
kepadaku dan menceritakan beratnya ujian yang dialaminya, setelah setumpuk
ikhtiar dilakukan, bisnisnya tak kunjung mendapatkan tanda-tanda akan selamat
dari kebangkrutan, dan bukan saja bangkrut, bahkan akan terjerat hutang usaha
yang sangat besar, dia katakan sekitar puluhan milyar siap untuk menjerat
lehernya.
Bukan saja sisi nominal yang membuatnya sesak, tak kalah beratnya yang menjadi
beban adalah tanggungan puluhan karyawan yang berada di perusahaannya, intinya
menurut beliau pada saat itu adalah masa yang sangat mengguncang jiwanya, makan
tak enak, tidur tak lelap, dan segala yang tak enak lainnya menghampiri beliau.
Yang kutahu, di sisi yang lain usaha beliau bukan saja terkait pada sektor
bisnis, tetapi beliau juga aktif dalam melakukan pembinaan usaha berupa
pesantren di suatu desa terpencil, pesantren tersebut tumbuh secara sehat,
santrinya sekitar lima ratusan, tetapi jenis usahanya adalah nirlaba, atau
tidak dikenakan biaya apa pun terhadap santri yang sekolah di pesantren
tersebut.
"Usaha pesantren ini untuk cash flow langit", begitu ujarnya setiap
kali saya tanyakan kenapa dia serius sekali mengelola usaha nirlaba ini.
Saya menjadi penasaran dan tercetus keingintahuan bagaimana caranya dia
menyelesaikan masalah usahanya pada tahun-tahun silam. Karena saya melihat
kondisi saat ini jauh berubah, lebih sukses bila dibandingkan pada saat itu.
Beberapa kali kupancing serentetan pertanyaan dari ketidaksabaranku, barulah ia
bersedia untuk menceritakan kisahnya ...
Ya kawan karibku, tiada satu kekuatan yang dapat membantuku saat itu kecuali
kekuatan Allah, tiada yang maha pengasih kecuali Allah pula, Dialah yang
memberikan jawaban dan jalan keluar kepadaku. Kami ini makhluk yang sangat
lemah dan hina, dan Dia lah Maha Kuat dan Maha Kaya. Tiadalah kejadian itu
terjadi kecuali menambah kualitas keimanan kami, kami merasakan kasih sayang
dan cinta-Nya.
Engkaupun tahu masalah yang kami hadapi saat itu, penuh dengan kesukaran, hati
terasa sempit, kami ditinggalkan pula oleh kawan-kawan, tiada pihak yang ingin
meringankan masalah kami saat itu, semua pihak menekan, menekan dan menekan
setiap waktu.
Pada saat usaha kami jatuh, tiada akal lagi untuk mencari apa peluang pengganti
usaha kami ini agar bisa melunasi hutang usaha yang berjumlah milyaran itu,
sama sekali tidak ada ide, tertutup. Walaupun demikian kami tetap melakukan
berbagai ikhtiar mencari solusinya, hingga sampai pada suatu waktu kami pasrah
terhadap apapun keputusan-Nya.
Sering kali kami lantunkan doa untuk diberikan jalan keluar atau yang terbaik
bagi kami, bahkan ribuan kali kami berdoa, bukan saja di saat sholat, bahkan
dalam perjalanan pun tak lupa kami berdoa kepadanya, intinya lidah dan bibir
kami basah dengan doa dan pujian.
Hari demi hari, minggu demi minggu, dan sekian bulan berlalu dalam kondisi tak menentu. Lalu sampailah pada satu saat aku
berdoa di malam hari di tengah semua orang tertidur lelap, bersimpuh dan berdoa
kepada-Nya, aku hanya ingat beberapa hadist dan kisah Kekasihku dalam
melantunkan doa-doanya. Kemudian dia bercerita mengenai dua kisah di atas.
Aku coba ikuti cara Kekasihku, Muhammad, dalam berdoa pada saat-saat yang
genting, dan kusesuaikan redaksi doanya dengan kondisiku.
"Ya Allah, Engkau Maha Tahu kondisi kami ini, kami sedang dibebani masalah,
dan Engkau tahu pula bahwa dari hasil usaha yang kami upayakan kami kelola pula
sebuah usaha pesantren, Engkau tahu kami tidak memungut biaya apapun pada
mereka."
Jika memang amal ibadah tersebut kami lakukan hanya untuk meraih keridhoan-Mu,
mohon Ya Allah berilah jalan keluar untuk kami.
Ya Allah, kami khawatir jika engkau tidak membantu hamba-Mu ini, kami khawatir
keberlangsungan pesantren kami terhenti, akan ke mana perginya santri-santri
tersebut.
Ya Allah, aku sayang mereka, kami iba dengan wajah mereka, curahkan kasih
sayang-Mu pada mereka, dengan menolong usaha kami Ya Allah.
Engkaulah yang Maha Mengetahui hati hati kami, ikhlaskanlah hati kami, dan
lapangkan hati kami apapun yang engkau putuskan, dan kami yakin apapun
keputusan-Mu adalah yang terbaik bagi kami.
Tak kusangka doanya tersebut membuat jiwaku bergetar dan tak kuasa emosiku
terlibat, nyaris kupeluk sahabatku itu, luar biasa makna dari doa tersebut.
Kemudian dia lanjutkan kembali, "Setelah kulantunkan doa tersebut, tak
kusangka dalam waktu yang sangat singkat kasih sayang-Nya telah membuka sebuah
jalan keluar yang tidak terduga, ibarat pintu gua yang tidak mungkin terbuka
dalam kisah yang kuceritakan itu dengan izin-Nya menjadi terbuka".
Sambil menahan emosi, ia melanjutkan, "Tiba-tiba seorang relasi kami
menawarkan suatu bisnis yang terbilang besar yang tidak pernah tersentuh oleh
perusahaanku, bahkan bisnis tersebut di luar kapasitas secara materi maupun
keahlian yang kami punya. Kala itu kami pikir bahwa peluang bisnis tersebut
pastilah sudah diatur pemenangnya, paling-paling kalau ikut partisipasi juga,
ya paling tidak hanyalah mengarak pemenangnya saja.
Saat itu, benar-benar aku tidak tertarik untuk memprosesnya. Kudiamkan saja.
Tapi peluang itu datang lagi, datang lagi dan hadir kembali. Karena sering kali
peluang yang sama itu selalu hadir, kucoba beranikan diri untuk memprosesnya.
Apa yang terjadi selanjutnya sungguh ku tak pernah menduganya. Kami mendapati
ribuan kemudahan, kami memperoleh proyek tersebut dengan mudah, karena hanya
perusahaan kami yang mengajukan proposal tender tersebut dan tidak ada pesaing
sama sekali!
Ke mana para competitor yang besar? Ke mana mereka semuanya? Muncul keanehanku
saat itu.
Bila Dia memutuskan sesuatu, tidak ada pihak pun yang akan mampu
menghambat-Nya! Ini semuanya kemudahan dari-Nya, Dia permudah seluruh proses
tersebut. Dan dalam jangka waktu yang singkat kami mendapati keuntungan tiga
kali dari jumlah hutang kami! Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Begitulah dia menceritakannya dengan penuh keharuan.
Selanjutnya kutahu, temanku itu menjadi orang yang selalu bersyukur dan dia
yakin sekali bahwa pesantren tersebut telah menjadi amal andalan yang telah
menjadi perantara doanya.
Kabar terakhir yang kuterima, pesantren tersebut menjadi semakin besar dan
megah walaupun para santrinya tidak pernah terbebani oleh biaya apapun.
Nah, bagi para enterpreneur, tidak selamanya masa-masa menyenangkan hadir dari
kehidupan seorang pengusaha, adakalanya masalah yang banyak terjadi justru
sebuah ujian yang tidaklah ringan. Keberhasilan itu hadir setelah melewati masa
masa sulit. Bukankah layangan akan terbang tinggi bilamana ada angin yang
menerpanya?
Atau mungkin, bagi seorang pengusaha, janganlah berpikir hanya mengembangkan
usaha untuk meraih keuntungan materi saja, tetapi cobalah mulai dipikirkan
sebuah usaha alternatif yang bermanfaat buat orang banyak, yang akan dijadikan
cash flow langitnya. Bisa saja usaha-usaha tersebut akan dan telah menjadi
amalan andalan, yang bilamana kita terhimpit suatu masalah ataupun ujian yang
berat, bisa dijadikan perantara atau tawasul untuk permohonan doa kita kepada
Allah.
Terakhir, selamat berdoa. Allah Maha Mendengar rintihan hamba-hamba-Nya.
Penulis: Zidni T. Dinan
0 komentar:
Posting Komentar
jika ada kritik maupun saran harap menggunakan bahasa yang sopan dan bersifat membanggun, terimakasih